Followers

Wednesday 2 July 2014

Kisah Anak yang berbakti

Telah disebutkan dalam kitab-kitab tafsir bahwasannya dahulu ada seorang salih dari Bani Israil mempunyai seorang anak yang masih kecil. Ia memiliki seekor sapi yang akan ia wariskan pada anaknya. Suatu hari ia membawa sapinya tersebut ke suatu semak-semak dan berkata: “Ya Allah, sesungguhnya aku menitipkan sapi ini untuk anakku ketika ia nanti telah dewasa". Lalu matilah laki-laki salih ini, dan jadilah sapi itu tetap tinggal di semak-semak tersebut hingga menjadi besar dan sapi itu akan lari bila melihat orang / manusia. Ketika anak tersebut dewasa dan ia adalah seorang anak yang sangat berbakti kepada ibunya. Dia membagi malamnya menjadi tiga bagian: sepertiga untuk salat, sepertiga untuk tidur dan sepertiga duduk di dekat ibunya.
Setelah datang pagi, ia pergi mencari kayu bakar, lalu setelah itu ia pergi ke pasar untuk menjualnya. Lalu sepertiga dari hasilnya di sedekahkan, sepertiga lagi untuk makan, sepertiga lagi untuk ibunya. Suatu hari ibunya berkata kepadanya: “Wahai anakku, sesungguhnya ayahmu mewariskan seekor sapi yang ia titipkan kepada Allah di semak-semak yang terletak di tempat ini, maka pergilah engkau ke sana dan berdoalah kepada Allah Tuhan Ibrahim, Isma’il dan Ishaq agar Dia mengembalikannya kepadamu. Tandanya adalah jika engkau melihatnya maka seolah-olah keluar cahaya matahari dari kulitnya. Dan dia disebut ‘Al-Mudzahhabah’ (yang berwarna keemasan) karena amat indah warnanya, dan kekuning-kuningan". Maka pergilah anak / pemuda itu ke semak-semak tersebut dan ia mendapati sapinya itu sedang merumput di sana. Lalu pemuda itu berkata kepada sapi itu: “Aku memintamu menghadap dengan nama Allah Tuhan Ibrohim, Isma’il dan Ishaq”.

 Lalu sapi itu pun menghadap dan pergi menuju kepadanya dan pemuda itu pun menuntunnya dan membawanya ke rumahnya. Maka berbicaralah sapi itu dengan izin Allah: “Wahai pemuda yang taat kepada ibunya, naikilah aku sebab itu akan meringankanmu”. Pemuda itu menjawab: “Sesungguhnya ibuku tidak menyuruhku melakukannya”. sapi itu pun berkata: “Seandainya engkau menunggangiku, maka engkau tak akan mampu menguasaiku / menunggangiku selamanya , berjalanlah engkau, karena seandainya engkau memerintahkan gunung sekalipun agar ia tercabut dari dasar / akarnya maka gunung itu akan tercabut dari dasarnya, karena sangat berbaktinya engkau kepada ibumu.” Maka pemuda itu membawa sapi itu kepada ibunya. Ibunya berkata: “Sesungguhnya engkau ini seorang yang fakir, tak memiliki harta, engkau akan terasa berat bagimu mencari kayu bakar di siang hari dan bangun di malam hari, maka pergilah dan juallah sapi ini". Anaknya bertanya: “Berapa harus aku jual sapi ini?” Ibunya menjawab: “Tiga dinar, namun janganlah engkau jual kecuali dengan saran / persetujuanku".

 Pergilah pemuda ini ke pasar, lalu Allah mengutus malaikat (dalam wujud seorang laki-laki) kepada pemuda itu untuk menguji akhlaknya, sejauh manakah baktinya kepada ibunya, dan Allah Maha Tahu. Maka, malaikat itu bertanya kepadanya: “Berapa harga sapi ini?”. Pemuda itu menjawab: “Tiga dinar dan aku mensyaratkan kepadamu ridho / persetujuan ibuku". Malaikat itu berkata: “Aku akan membelinya 6 dinar namun kau tak usah meminta persetujuan ibumu". Pemuda itu berkata: “Seandainya engkau beli seharga emas yang seberat sapi ini maka aku tak akan menjualnya kecuali dengan ridho ibuku". Lalu, pemuda itupun pulang kepada ibunya dan memberitahukan ibunya atas harga tersebut. Lalu ibunya berkata: “Juallah dengan harga 6 dinar, namun kau tak boleh menjualnya tanpa persetujuan dariku.”

Pemuda itu kembali ke pasar dan menemui malaikat itu, dan malaikat itu berkata: “Bagaimana?, apakah engkau telah meminta persetujuan ibumu?”. Pemuda itu berkata: “Ya, sesungguhnya ia menyuruhku agar menjualnya dengan harga tak kurang dari 6 dinar, sesuai dengan persetujuannya". Malaikat itu berkata: “Aku akan memberimu 12 dinar namun janganlah engkau meminta persetujuan ibumu". Pemuda tadi tak mau, dan ia pulang kepada ibunya untuk memberitahu hal itu. Ibunya berkata: “Sesungguhnya yang datang kepadamu itu adalah seorang malaikat dalam wujud manusia untuk menngujimu. Maka jika engkau bertemu lagi dengan orang itu, katakanlah kepadanya: “Engkau ini menyuruhku untuk menjual sapi ini ataukah tidak?”

Kemudian si pemuda itu pun melakukan apa yang disuruh oleh ibunya tadi. Malaikat itu pun akhirnya berkata: “Pergilah engkau kepada ibumu dan katakanlah: “Tahanlah dulu sapi ini (jangan dijual), sebab Musa bin Imron akan membelinya darimu untuk seorang yang terbunuh dari Bani Isroil. Maka janganlah engkau menjualnya kecuali dengan harga emas seberat sapi ini". Lalu ia pun tidak menjual sapi itu, hingga (ada kejadian pembunuhan dan) Allah menentukan atas Bani Isroil untuk menyembelih seekor sapi, hingga mereka terus meminta agar Musa mensifati sapi itu dengan terperinci, sehingga Allah sifati sapi itu (melalui lisan Musa) persis seperti sapi milik si pemuda taat itu, karena ketaatannya kepada ibunya. Sebagai karunia dari Allah dan rahmat-Nya.

Kemudian mereka membeli sapi itu dengan harga emas seberat sapi tersebut, lalu mereka menyembelihnya dan memukulkan sebagian tubuhnya ke tubuh si terbunuh, maka orang itu pun hidup kembali seketika dan bangun dengan izin Allah sedang lehernya masih bercucuran darah, dan si mayit itu berkata: “Yang membunuhku adalah si Fulan". Yakni sepupunya sendiri. Kemudian mayit itu terjatuh kembali dan mati.

No comments:

Post a Comment