Monday, 20 June 2011
Kisah Taubat Seorang yang Menuduh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Sesat
oleh Abu Ashim Muhtar Arifin
Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh (wafat 1389 H) rahimahullah mengatakan:
“Aku sekarang akan menyebutkan sebuah kisah tentang Abdurrahman al-Bakri, salah seorang penduduk kota Najd.”
Pada mulanya ia adalah salah seorang thalibul ‘ilmi (penuntu...t ilmu) yang belajar kepada pamannya, yaitu Syaikh Abdullah bin Abdul Lathif Alu Syaikh dan para syaikh yang lain. Kemudian beliau ingin membuka sebuah madrasah di Aman (salah satu kota di negeri Yaman).
Di sana beliau mengajarkan tauhid dari biaya sendiri. Apabila harta yang dimilikinya telah habis, maka beliau mengambil barang dagangan dari seseorang dan pergi ke India. Terkadang beliau menghabiskan waktu selama setengah tahun di India.
Syaikh al-Bakri mengatakan:
“Aku pernah berada di sisi sebuah masjid di India. Di sana terdapat seorang guru, yang mana apabila seusai mengajar mereka melaknat Ibnu Abdul Wahhab, yakni Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.
Apabila keluar masjid beliau melewatiku. Dan ia mengatakan: “Aku bisa berbahasa arab, akan tetapi aku ingin mendengarnya dari Orang Arab”. Lalu iapun minum air dingin di tempatku.
Aku merasa sedih dengan apa yang telah dia dilakukan dalam ceramahnya. Lalu aku berbuat siasat dengan mengundangnya (ke tempatku) dan aku mengambil kitab at-Tauhid, aku cabut sampulnya dan aku letakkan di rak dalam rumahku sebelum dia datang.
Ketika dia telah hadir, aku berkata kepadanya: “Apakah anda mengizinkan aku untuk membawakan semangka (ke sini)?”. Lalu akupun pergi.
Ketika aku kembali, ternyata di sedang membacanya dan menggerak-gerakkan kepalanya.
Ia berkata: “Karya siapakah kitab ini? Judul-judulnya mirip dengan judul-judul kitab al-Bukhari, ini demi Allah judul-judul al-Bukhari.”
Aku menjawab: “Aku tidak tahu!”. Lalu aku katakan kepadanya: “Bagaimana sekiranya kita pergi ke Syaikh al-Ghazawi untuk menanyakan masalah ini,” yang mana beliau adalah seorang pemilik sebuah perpustakaan, dan beliau telah memiliki bantahan terhadap kitab Jami’ al-Bayan.
Lalu kamipun masuk kepada beliau dan aku berkata kepada al-Ghazawi: “Aku memiliki beberapa lembaran. Syaikh ini menanyakan kepadaku siapakah yang menulis kitab ini? Akupun tidak tahu.”
Al-Ghazawi paham dengan keinginanku. Lalu beliau memerintahkan seseorang untuk mendatangkan kitab Majmu’ah at-Tauhid (kumpulan kitab tauhid), lalu dibawakan kepada beliau, kemudian mencocokkan antara keduanya, lalu beliau mengatakan: “Ini adalah karya Muhammad bin Abdul Wahhab.”
Orang Alim dari India tadi marah dan mengatakan dengan suara yang tinggi: “Orang Kafir itu …!!!”
Kamipun diam, diapun lalu diam sejenak. Sesaat kemudian kemarahannya mereda dan ia pun beristirja’ (mengucapkan innalillah wa inna ilaihi raaji’un).
Ia berkata: “Apabila kitab ini adalah karya beliau, maka sungguh kami telah menzhaliminya”.
Kemudian beliaupun setiap hari mendoakan untuk Syaikh Muhammad bin Abdulwahhab dan murid-muridnya pun juga mendoakanya bersamanya.
Lalu tersebarlah murid-muridnya di India. Apabila mereka selesai membaca, mereka mendoakan untuk Syaikh Muhammad bin Abdulwahhab.”
Majalah Adz-Dzakhiirah Al-Islamiyyah Ed. 60, hal. 57-58
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment