Monday, 20 June 2011
Pokok-pokok Sunnah dan I'tikad Agama
Dikumpulkan oleh Ibnu Abi Hatim Ar Razi (240-327 H)
"Aku bertanya kepada ayahku dan Abu Zur'ah radhiyallahu 'anhuma tentang madzhab Ahlus Sunnah dalam masalah ushuluddin (pokok-pokok agama) juga tentang pemahaman para ulama di berbagai kota yang mereka berdua ketahui, serta apa saja yang mereka berdua yakini. Maka, keduanya berkata: Kami telah berjumpa dengan para ulama di seluruh kota baik di Hijaz, Irak, Mesir, Syam, maupun Yaman, maka di antara madzhab yang mereka anut adalah,
1. Imam itu berupa perkataan dan perbuatan, bertambah dan berkurang.
2. Al-Qur'an adalah kalam Allah dan bukan makhluk, dalam segala aspeknya.
3. Takdir yang baik maupun yang buruk adalah dari Allah 'Azza wa Jalla.
4. Di kalangan ummat ini, sebaik-baik orang setelah nabi mereka adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq, kemudian Umar bin Al-Khaththab, lalu Utsman bin Affan, lalu Ali bin Abi Thalib -semoga Allah meridhai mereka semua-. Mereka Khulafaur Rasyidun Al-Mahdiyun para khalifah yang berpegang teguh kepada agama dan mengikuti kebenaran.
5. Bahwa sepuluh sahabat yang disebut dan dinyatakan oleh Rasulullah -semoga Allah memberikan shalawat dan salam kepadanya-, masuk jannah, mereka itu sesuai dengan pernyataan beliau dan perkataan beliau itu benar.
6. Memintakan rahmat bagi seluruh sahabat serta keluarga nabi Muhammad -semoga Allah memberikan shalawat dan salam kepadanya, serta menahan pembicaraan dari perselisihan yang terjadi di antara mereka.
7. Bahwa Allah 'Azza wa Jalla berada di atas 'Arsy-Nya, terpisah dari seluruh makhluk-Nya, sebagaimana sifat yang diinformasikan-Nya dalam kitab-Nya melalui lisan Rasul-Nya -semoga allah memberikan shalawat dan salam kepadanya-, tanpa diketahui kaif (bagaimana) nya. IlmuNya meliputi segala sesuatu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya dan dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
8. Allah Tabaraka wa Ta'ala akan dapat dilihat di akhirat. Segenap penduduk jannah akan melihat-Nya dengan mata kepala mereka. Allah berbicara, sebagaimana Dia berkehendak.
9. Jannah adalah benar dan neraka adalah benar (adanya). Keduanya adalah makhluk yang kekal abada. Jannah adalah balasan bagi para wali-Nya sedangkan neraka adalah hukuman bagi orang-orang yang bermaksiat kepada-Nya, kecuali yang mendapatkan rahmat-Nya.
10. Shirath adalah benar.
11. Mizan (timbangan), yang memiliki dua sisi timbangan untuk menimbang amalan para hamba, yang baik maupun yang buruk adalah benar.
12. Haudh (telaga) yang dijadikan sebagai penghormatan bagi Nabi -semoga Allah memberikan shalawat dan salam kepadanya dan segenap keluarganya adalah benar.
13. Syafa'at adalah benar. Dan bahwa sebagaian ahli tauhid keluar dari neraka berkat adanya syafa'at adalah benar.
14. Adzab kubur adalah benar.
15. Munkar dan Nakir adalah benar.
16. Malaikat mulia yang mencatat amal perbuatan manusia adalah benar.
17. Kebangkitan setelah mati adalah benar.
18. Para pelaku dosa besar berada dalam masyi'ah (kehendak) Allah subhana wa ta'ala. Kita tidak mengkafirkan ahli kiblat disebabkan dosa mereka. Kita menyerahkan urusan batin mereka kepada allah subhana wa ta'ala.
19. Kita melaksanakan kewajiban jihad dan haji bersama imam-imam kaum muslimin, di setiap masa.
20. Kita tidak boleh melakukan pembelotan terhadap para imam atau peperangan di masa fitnah.
21. Kita mendengar dan mentaati siapa saja yang dijadikan oleh Allah sebagai pemimpin kita. Kita tidak akan melepaskan diri dari ketaatan.
22. Kita mengikuti sunnah dan jamaah serta menghindari sikap menyimpang, perselisihan, dan perpecahan.
23. Jihad berlaku semenjak Allah mengutus nabiNya -semoga Allah memberikan shalawat dan salam kepadanya- hingga terjadinya hari kiamat, bermasa imam-imam kaum muslimin, tanpa ada sesuatupun yang menghapuskannya.
24. Demikian pula haji.
25. Begitu pula pembayaran zakat saimah kepada imam kaum muslimin yang menjadi pemimpin bagi kita.
26. Pada aslinya manusia secara umum digolongkan mukmin berdasarkan hukum-hukum dan pewarisan, adapun hakekat keimanan maka di sisi Allah tidaklah diketahui. Barangsiapa yang berkata bahwa ia seorang mukmin sejati, maka ia adalah orang yang berbuat bid'ah. Barangsiapa yang berkata bahwa ia adalah orang yang mukmin di sisi Allah, maka ia termasuk pendusta. Sedangkan orang yang mengatakan "saya beriman kepada Allah", maka yang dilakukannya itu benar.
27. Kaum murji'ah adalah kaum yang berbuat bid'ah dan tersesat.
28. Kaum qadariah adalah kaum yang berbuat bid'ah dan tersesat. Barangsiapa di antara mereka yang menyatakan bahwa Allah Ta'ala tidak mengetahui apa yang akan terjadi sebelum terjadinya, maka ia kafir.
29. Kaum Jahmiyah adalah kafir.
30. Kaum rafidhah adalah kaum yang menolak Islam.
31. Kaum khawarij adalah kaum yang meluncur keluar dari agama.
32. Barangsiapa menyatakan bahwa Al-Qur'an itu makhluk, maka ia orang yang kafir kepada Allah Yang Maha Agung; dengan kekafiran yang mengeluarkannya dari millah. Barangsiapa yang faham tetapi meragukan kekafirannya, maka ia kafir.
33. Barangsiapa yang ragu terhadap kalam Allah 'Azza wa Jalla, bimbang mengenainya dan mengatakan, "saya tidak tahu apakah makhluk ataukah bukan makhluk", maka ia orang yang berfaham jahmiyah.
34. Orang yang bimbang mengenai Al-Qur'an dikarenakan kebodohan, maka musti diajari dan dibid'ahkan, tetapi tidak dikafirkan.
35. Barangsiapa yang mengatakan "Bacaan Al-Qur'an-ku adalah makhluk" atau "Al-Qur'an dengan bacaanku adalah makhluk" maka ia adalah orang yang berfaham jahmiyah.
Syaikh Abu Thalib berkata: Ibrahim bin Umar berkata: ali bin Abdul Aziz berkata: Abu Muhammad berkata: Saya mendengar ayahku -semoga Allah meridhainya- berkata:
36. Tanda-tanda ahli bid'ah adalah mengumpat ahlul atsar (orang-orang yang berpegang teguh kepada sunnah. Pent)
37. Tanda-tanda orang zindiq adalah mereka mennyebut ahlul atsar sebagai kaum hasywiyah, karena ingin mengpuskan sunnah.
38. Tanda-tanda kaum jahmiyah adalah mereka menyebut ahlus sunnah sebagai kaum musyabbihah (kaum yang menyamakan Allah dengan makhluq).
39. Tanda-tanda kaum qadariyah adalah mereka menyebut ahlus sunnah sebagai kaum yang berfaham jabriyah.
40. Tanda-tanda kaum murji'ah adalah mereka menyebut ahlus sunnah sebagai kaum mukhalifah (yang suka mempertentangkan) atau nuqshaniyah (yang suka mengurangi).
41. Tanda-tanda kaum rafidhah adalah mereka menyebut ahlus sunnah sebagai kaum tsaniyah.
42. Dalam perkara ini telah tersesat banyak kelompok (dalam memahami ahlus sunnah), padahal ahlus sunnah hanya menyandang satu nama dan nama-nama ini semua tidak mungkin menyatu (ada) pada mereka.
43. Abu Muhammad bercerita kepada kami, katanya: Dan saya mendengar ayahku dan Abu Zur'ah mengisolasi orang yang memiliki pemahaman yang menyimpang dan melakukan bid'ah, menyalahkan pendapat mereka dengan keras, menolak penulisan buku-buku dengan pendapat tanpa berdasarkan atsar, melarang berteman dengan ahli kalam atau membaca buku-buku mutakallimin, serta berkata: "Penganut ilmu kalam tidak akan beruntung selamanya."
Telah saya sampaikan semuanya, dan segala puji bagi Allah Rabb semua alam, semoga allah melimpahkan shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad -shalallahu 'alaihi wasallam- dan para keluarganya. Akhir Kitab I'tiqaduddin.
Dikutip dari buku: "Kitab Ashlussunnah", Abi Hatim Ar-Razi (240-327 H). Penerbit:
Labels:
Ahlul Sunnah
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment